“Jika
awalnya tidak gila, maka seterusnya akan biasa-biasa saja.” Ujar Albert
Einstein. Dalam proses belajar tentunya seorang guru harus mampu menguasi kelas,
guru tersebut harus bisa diterima oleh peserta didik. Agar bisa menguasi kelas,
guru harus bisa menjadi guru yang menyenangkan. Satu menit diawal pelajaran
akan menetukan satu jam ke depannya seperti apa. Ini PR yang sangat rumit bagi
guru, bagaimana caranya menjadi guru yang menyenangkan, menjadi guru yang bisa
diterima oleh peserta didik? Apalagi kalau peserta didik tersebut dikenal super
bandel. Betapa sedihnya hati seorang guru ketika dia tidak mendapatkan
perhatian dari kebanyakan peserta didiknya. Apalagi guru pemula, biasanya guru
pemula sering tidak mendapat sambutan dari siswanya bahkan menjadi
bulan-bulanan dibuat stres. Nah, kali ini sobat saya akan berbagi bagaimana
cara menjadi guru yang menyenangkan dan bisa diterima oleh peserta didik. Ada
beberapa cara atau strategi yang bisa digunakan oleh guru dalam memulai proses
belajar yang menyenangkan agar bisa menguasai kelas. Usahakan ketika pertemuan
pertama dalam sebuah pembelajaran jangan langsung masuk materi “ sebelum
belajar mari kita berdoa. Selesai. Anak – anak sekarang buka buku halaman 6”.
Usahakan jangan seperti itu tetapi buatlah dimenit - menit pertama itu
menyenangkan dan menarik. Ada empat cara yang bisa dilakukan untuk memulai
pembelajaran, antara lain :
a. Fun Story
Fun
story dapat berupa cerita lucu, anekdot, gambar lucu, atau teka-teki yang dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi, cerita dari pengalaman orang lain, ataupun
buku – buku humor dan internet. Contohnya :
“Anak
– anak, semalam saya mendapat kiriman e-mail dari seorang sahabat tentang
cerita yang luar biasa. Dia bercerita bahwa ada seorang pemuda yang punya kuda
ajaib. Ya, ajaib sebab kuda itu punya password atau kata kunci. Jika ingin
membuat kuda itu berjalan, passwordnya ‘alhamdulillah’. Tanpa ucapan itu si
kuda tidak akan mau jalan. Sebaliknya, jika ingin berhenti passwordnya adalah
‘bismillah’.
“Sang
pemuda membawa kuda itu ke kota yang ramai dan bertemu dengan teman lamanya.
Melihat kuda yang demikian bagus, sang teman ingin meminjam dan menaiki kuda
tersebut. Awalnya, si pemuda pemilik kuda menolak tetapi karena dipaksa, akhirnya
pemuda itu rela meminjamkan kuda ajaibnya dan memberikan password-nya.
“Begitu
diberi tahu, sang teman menaiki kuda dan mengucapkan ‘alhamdulillah’ sehingga
kuda langsung meringik dan berlari. Karena senang, dia mengucap ‘alhamdulillah’
sehingga kuda berlari makin kencang, keluar dari kota, memasuki hutan, dan
menuju jurang menganga. Penunggang kuda sangat panik sampai lupa password untuk
berhenti. Jurang di depan tinggal 20 meter lagi, dia mash lupa password untuk
berhenti. Jurang sudah 10 meter, 5 meter,... 2 meter, 1 meter dan akhirnya pada
detik terakhir, si penunggang kuda teringat password untuk menghentikan kuda,
lalu langsung meneriakkan passwordnya ‘bismillah’. Kontan, si kuda langsung
berhenti di bibir jurang. Begitu melihat dirinya selamat, sang penunggang
mengucapkan ‘alhamdulillah’ yang merupakan password kuda untuk berjalan.
Tahulah sendiri bagaimana akhir ceritanya!”
Adapun
dengan teka-teki. Contohnya :
Bu Dina
adalah seorang guru matematika. Awalnya, dia kesulitan menenangkan siswa-siswanya
di kelas. Bu Dina menjelaskan sebuah tahap mengerjakan soal matematika di papan
tulis, tetapi siswanya asik mengobrol tidak memberikan perhatian kepadanya.
Akhirnya bu Dina memberikan intruksi :
“Oke,...
tutup buku kalian semua, tutup sebentar! (lalu bu Dina menunjuk salah satu
siswa yang asik mengobrol tadi), Coba Abik kamu berdiri, ibu mau tanya sesuatu!
Jika kamu tidak bisa menjawab, tolong tunjuk temanmu yang kira-kira bisa
menjawab. Jika temanmu itu juga tidak bisa menjawab, maka dia tunjuk temannya
lagi, begitupun seterusnya sampai ada yang bisa menjawab.”
Awalnya
semua siswa cukup dibuat kaget, apalagi Abik yang memang paling menonjol dan
membuat ramai kelas. Namun, dengan terpaksa Abik berdiri juga.
“Abik
kamu tahu bebek?” tanya bu Dina
“Tahu
dong Bu.” Jawab Abik sambil tersenyum kecil.
“Oke
sekarang jawab ya, ada bebek 10, lalu dikali 2. Jadi berapa bebek?”
Hampir semua
siswa tertawa melihat Abik berpikir dan akhirnya menjawab. “10 dikali 2, ya ada
20 bebek Bu.” Jawab Abik.
“Kurang
tepat”. Sahut bu Dina dan meminta Abik untuk menunjuk temannya untuk
menjawab, tetapi Abik tetap diminta untuk berdiri. Abik lalu menunjuk temannya
lukman untuk menjawab. Akhirnya lukman berdiri, dia hanya geleng-geleng kepala.
Sampai akhirnya lima siswa tidak mampu menjawab, maka bu Dina menjawab.
“Jawabanya
adalah hanya ada 8 bebek. ’10 bebek dikali 2’, benar kan? Karena yang dua ada
di kali jadi tinggal 8. Jawab bu Dina yang segera diikuti oleh gelak tawa
semua siswa.
“Ah,
bu Dina bisa saja,” kata Abik sembari tersenyum.
“Oke,
ao kita kembali konsentrasi ke materi” kata bu Dina.
Fun
story adalah aktivitas yang sederhana, tetapi sangat efektif untuk
menghilangkan rasa jenuh, cemas, dan mengembalikan semangat siswa-siswa serta
bahagia dalam belajar. Ada beberapa guru
yang masih menganggap belajar itu harus dijauhkan dari humor sebab nanti siswa
hanya terpaku pada humornya tidak pada materi belajarnya. Dalam hal ini menurut
Dr. Ellen Weber, seorang CEO pada Multiple Intelligence Teaching Approaches (MITA),
International Brain, di New York, USA dalam jurnalnya yang berjudul “Expect
Brain Benefits from Humor” yang menegaskan hubungan humor atau cerita lucu
dengan kekuatan otak dalam belajar. Dari tulisan Dr. Ellen Weber tersebut yang
ada dalam situs blognya www.brainleadersandlearners.com
bahwa efek fun story ternyata dapat meningkatkan hormon endorfin, yaitu
hormon yang bekerja untuk mengurangi rasa capai, cemas, dan menjadikan orang
merasa bahagia. Bisa dibayangkan, jika semua siswa merasa bahagia dan tidak
takut akan resiko gagal dalam menerima materi pembelajaran setiap hari. Weber
mengatakan bahwa fun story dapat merangsang kekebalan tubuh serta menghubungkan
pikiran dan tubuh dengan cara yang positif dan sehat, dengan fun story para
guru dapat mengurangi stres siswa dari resiko gagal saat menerima pelajaran,
meningkatkan emosi positif siswa, dan selalu merasa nyaman saat belajar.
b. Ice Breaking
Istilah
ice breaking sering muncul pada forum-forum pelatihan institusi atau
perusahaan. Namun, jarang sekali digunakan dalam kelas. Padahal, kelas adalah
tempat untuk melatih siswa-siswa agar muda menerima informasi materi dari guru.
Dalam hal ini ice breaking berfungsi untuk pematangan konsep dan kembali masuk
ke kondisi cemerlang. Ice breaking dapat digunakan ketika siswa terlihat cukup
lelah, dan mulai malas atau tidak bersemangat dalam mengikuti materi
pembelajaran. Contoh ice breaking :
“Ayo,
berdiri! Bentuk barisan dalam dua puluh detik. Urutkan mulai barisan terdepan
sesuai dengan tanggal lahir masing-masing, hanya dalam dua puluh detik. Satu...
dua... tiga.. mulai!”. Seketika kelas terlihat riuh denga suara setiap
siswa menanyakan tanggal lahir temanya. Setelah tepat dua puluh detik, barisan
terbentuk. Ternyata, semua berdiri pada urutan yang tepat. Akhirnya, semua
siswa bertepuk tangan meriah dan kembali ke tempat duduknya masing-masing untuk
meneruskan tugasnya. Namun, dengan bersemangat.
Ice
breaking memang sangat ampuh untuk membuah siswa menjadi lebih bersemangat.
Namu, para guru juga harus hati-hati memilih ice breaking yang tepat. Artinya,
jangan sampai ice breaking ini meghabiskan waktu jam pelajaran. Harus dibedakan
ice breaking yang digunakan untuk training ataupun outbound dangan ice breaking
di dalam kelas.
c. Warmer
Warmer
atau pemanasan adalah mengulang materi yang sebelumnya diajarkan oleh guru.
Biasanya, warmer digunakan pada pertemuan kedua sebuah materi. Warmer pada
apersepsi ini dapat berupa games pertanyaan dan penilaian diri. Contoh games
pertanyaan adalah pertanyaan berantai, siswa diberikan pekerjaan rumah untuk
membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas berkaitan dengan materi pada
saat itu yang akan diserahkan pada pertemuan kedua. Kemudian dipertemuan kedua
salah satu siswa membacakan pertanyaan yang telah dibuat olehnya dan menunjuk
teman untuk menjawabnya. Jika berhasil menjawab dengan benar maka teman yang
ditunjuk boleh membacakan pertanyaannya dan menunjuk teman yang lainnya untuk
menjawab pertanyaannya. Jika ada sebuah pertanyaan yang tidak bisa terjawab
oleh siswa maka tugas gurulah yang akan menjawabnya.
d. Brain Gym
Senam otak
atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana.
Gerakan ini dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan, meringankan atau
merelaksai bagian belakang dan bagian depan otak, serta merangsang sistem yang
terkait dengan perasaan atau emosional, yakni otak tengah (limbis) serta otak
besar (dimensi pemusatan). Untuk melihat contoh senam otak lebih detail bisa
kunjungi blog tentang keluarga dan pendidikan anak http://verapermata.multiply.com/journal/item/92
.
Nah, itulah sobat contoh cara-cara yang bisa digunakan
untuk membuat siswa aktif dalam proses belajar. Kesemua cara tersebut bisa
digunakan dalam proses belajar, hanya saja perlu diperhatikan kadar
menerapkannya.
0 comments:
Post a Comment