PageNavi Results No.

Thursday, February 2

Tafsir Tarbawi "makalah tujuan pendidikan islam"

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir tentang Tujuan pendidikan Islam ini dengan tepat waktu. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

            Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Cirebon, 26 Januari 2017


Penyusun










                                                          DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang.....................................................................................................1
  2. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
  3. Tujuan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
  1. Penafsiran QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139.......................................................... 2
  2. Penafsiran QS. AliAl-Hajj (22) Ayat 41.................................................................6
  3. Hubungan antara tafsir dan Pendidikan Pada masa sekarang.................................7
BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan........................................................................................................... 10
  2. Kritik dan Saran.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... iii


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan. Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal. Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat.
Dari uraian diatas menunjukkan penting sekali adanya pendidikan untuk  kehidupan manusia, untuk itu kami mengangkat  tema “Tujuan Pendidikan Islam” dalam makalah tafsir ini,  agar pembaca lebih memahami dengan baik. Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para pembaca untuk maksud tersebut di atas dengan harapan ada faedahnya.

B.  Rumusan Masalah
  • Apa tafsir dari QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139 ?
  • Apa tafsir dalam QS. Al-Hajj (22) Ayat 41 ?
    • Bagaimana Hubungan antara tafsir dan Pendidikan Pada masa sekarang ?


C.      Tujuan Masalah
  • Dapat Menafsirkan QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139
  • Mengetahui Tafsir dari  QS. Al-Hajj (22) Ayat 41 dan hubungannya dengan pendidikan Islam
  • Dapat menjelaskan Hubungan antara tafsir dan Pendidikan Pada masa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril AS secara berangsur-angsur, berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut serta sebagai pembeda antara yang haq dan bathil agar bisa membebaskan manusia dari kesesatan menuju jalan yang lurus. Atas dasar tersebut, maka kami mencoba membahas Tafsir Surat Ali Imran ayat 138-139 yang menjelaskan tentang salah satu fungsi Al-Qur’an dari sekian banyak fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan pembimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Selain itu, kami juga akan membahas tentang kandungan Al-Qur’an Surat Al-Hajj (22) Ayat 41, tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan.
  1. A.  Penafsiran QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139
    1.    Teks dan Terjemah QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139
(هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٨
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)
Artinya:
138. “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa.”
139. “janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

2.  Tafsir QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139
“(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (138)
Al-Qur’an ini adalah penerang bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan telah jauh berlalu, yang manusia sekarang tidak dapat mengetahuinya jika tidak ada penerangan (penjelasan) yang menunjukannya. Akan tetapi, hanya segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran dari padanya, mendapatkan manfaat dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” yaitu orang-orang yang bertaqwa.
Hal ini sesuai pandangan firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 2 :
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (AL-Qur’an) ini tidak ada kerguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”
Selain itu Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّه
“Dari Imam Malik, beliau menyampaikan sesungguhnya Rasullah SAW Bersabda: “Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kamu takkan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi.”
Surat Ali Imran ayat 138 juga memerintahkan untuk mempelajari sunnatullah atau yang biasa disebut oleh seorang ilmuwan yang bernama Alexis Carrel sebagai hukum-kukum kemasyarakatan/alam/materi. Hukum-hukum Alam yaitu hukum-hukum yang bersifat umum dan pasti, tidak ada satu pun, di negeri manapun yang dapat terbebaskan dari sanksi bila melanggarnya. Manusia yang tidak bisa membedakan antara yang halal dan haram, yang baik dan buruk, mereka akan terbentur oleh malapetaka, bencana dan kematian. Ini semata-mata adalah sanksi otomatis, karena kepunahan adalah akhir dari mereka yang melanggar hukum-hukum alam. Tidak heran hal ini diungkap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengatur kehidupan masyarakat dan berfungsi mengubah masyarakat dan anggota-anggotanya dari kegelapan menuju cahaya, dari kehidupan negatif menjadi positif.
Pernyataan Allah: (Al-Qur’an) Ini adalah penjelasan bagi manusia juga mengandung makna bahwa Allah tidak akan langsung menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Karena terlebih dahulu Allah akan memberikan petunjuk jalan dan peringatan (Hidayah-Nya). Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139).
Uraian yang diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya Sunnatullah atau hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum Muslimin tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang mati syahid, walaupun dalam perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil menawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah. Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu merasa lemah, menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu alami perang Uhud, atau peristiwa lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha yang lebih baik. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah baik di dunia maupun akhirat, di dunia karena kamu memperjuangakan kebenaran dan di akhirat karena kamu akan mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu bersedih hati sedangkan yang gugur diantara kamu akan menuju surga dan yang luka akan mendapat luka akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Ini jika kamu (benar-benar) beriman, yakni jika keimanannya benar-benar mantap dalam hatinya. Maka dari itu, kamu tidaklah perlu bersikap lemah dan bersedih hati atas apa yang menimpamu dan luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu hanya menyembah kepada Allah saja. Sedangkan mereka menyembah kepada selain Allah. Maka jika kamu benar-benar beriman maka kamu akan ditinggikan derajatnya dan tidak akan mersa sedih karena semua itu adalah sunnatullah yang bisa ditimpakan pada siapa saja yang Allah kehendaki.
 Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapat akibat (balasan kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha keras dalam menempuh ujian.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان

 “Orang mu’min yang kuat (hatinya) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu’min yang lemah dan didalam keduanya terdapat kebaikan (karena sama-sama beriman), dan bersemangatlah atas apa-apa yang akan bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu berputus asa dan jika kamu sedang mendapat cobaan maka janganlah kamu mengatakan : “seandainya aku berbuat seperti ini dan seperti itu” akan tetapi katakanlah “ini semua adalah kuasa Allah dan merupakan kehendak-Nya” karena sesungguhnya mengandai-andai akan membuka (pintu) godaan dari perbuatan syetan”.
Kandungan Hukum dan Aspek Tarbawi:
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa (138).
Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan melihat berkasnya dengan melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran. Ilmu kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia didalam alam ini. Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui mengetahui beberapa ilmu penting. Pertama, sejarah; kedua, ilmu bekas peninggalan sejarah; ketiga ilmu siasat perang; keempat, ilmu siasat mengendalikan Negara. Di dalam sejarah misalnya banyak kita temui hal-hal penting. Meskipun tidak seluruhnya ditulis di Al-Qur’an hanya berkenaan dengan perjuangan Rasul-rasul., misalnya perjuangan Nabi Musa AS menentang kezhaliman raja Fir’aun, atau Nabi Ibrahim AS menghadapi kamunya dan Raja Namrud.
Sesungguhnya Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal tersebut akan mengakibatkan seseorang kehilangan semangatnya. Sebaliknya Allah tidak melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta, kekayaan, atau teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat mengisi hatinya dengan kegembiraan. Untuk itu kalian adalah orang-orang yang lebih utama memiliki keteguhan tekad lantaran pengetahuan kalian tentang balasan yang baik dan berpegang pada kebenaran.
Sekali waktu kemenangan berada pada pihak yang bathil, begitu pula sebaliknya karena semua itu adalah Sunatullah. Sesungguhnya hari kemenangan hanyalah bagi orang yang mengetahui dan mau memelihara sebab-sebab keberhasilan dengan sebaik-baiknya seperti kesepatan, tidak pernah berselisih, teguh, selalu berfikir, kuat tekadnya, dan mengambil persiapan serta menyusun segala kekuatan yang ada untuk menghadapinya.
  1. B.  Penafsiran QS. AliAl-Hajj (22) Ayat 41
    1. 1.   Teks dan Terjemah QS. Al-Hajj (22) Ayat 41
الذين إن مكناهم في الأرض أقاموا الصلاة وآتوا الزكاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر ولله عاقبة الأمور
 “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
  1. 2.    Tafsir QS. Al-Hajj (22) Ayat 41
Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf serta mencegah dari yang munkar. Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Al-Qur’an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (QS 3:104)
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
  1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
  2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
C.  Hubungan antara tafsir dan Pendidikan Pada masa sekarang
Di zaman era globalisasi ini pendidikan sangatlah penting bagi manusia, pendidikan adalah salah satu sarana bagi seseorang untuk menata hidupnya sedemikian rupa, tapi, dilihat dari kenyataannya, pendidikan di zaman modern ini tidak mampu membuat kehidupan social yang bermoral, apakah pendidikan sekarang sudah benar dan berkualitas ?
Telah banyak institusi-institusi yang bergerak di bidang pendidikan yang memiliki fasilitas dan kualitas yang bagus, ternyata belum bisa menciptakan manusia-manusia yang beradab. Ini dikarenakan institusi-institusi pendidikan banyak menerapkan visi dan misi pragmatis yang dibawa dari Negara bagian barat. Tidak ada lagi penanaman nilai-nilai spiritual, kebaikan dan bermoral didalam institusi tersebut.
Sekarang, institusi-institusi pendidikan kebanyakannya telah berubah menjadi industry bisnis yang mengajarkan manusia untuk bekerja supaya memperoleh kesenangan dan kemakmuran diri sendiri, perusahaan dan Negara, sehingga nilai-nilai moral sebagai manusia tak pernah diajarkan.
Kaum muslimin pun telah terkena dampak dari pengaruh hegemoni dunia barat tersebut. Banyak kaum muslimin yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi mereka tidak bisa menjadi muslim yang berakhlak mulia. Ini dikarenakan institusi pendidikan tempat mereka belajar dahulu menerapkan visi dan misi pragmatis.
Inilah saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an. Al-Quran ternyata lebih memiliki system yang komprehensif dan integritas dibandingkan system pendidikan dunia barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan ridho Allah S.W.T”, diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di dalam pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral, mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah S.W.T.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari surat Al hajj ayat 41:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
Ayat ini mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia, Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan  bahwa didalam QS Ali Imran (3) ayat 138-139 mengandung perintah untuk melakukan persiapan, menyediakan segala sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangat yang benar, di samping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita bisa meraih keberhasilan dan mendapatkan apa yang kita inginkan, seta dapat mengembalikan kerugian atau kegagalan-kegagalan yang telah diderita.
Dalam QS Al-Hajj (22) Ayat 41 Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Dia teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Dia berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf serta mencegah dari yang munkar.Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.

B.  Kritik Dan Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini tentu masih banyak kekurangan, namun syukur Alhamdulillah penulis ucapkan dengan penuh ta’dzim kepada Allah yang telah memberikan petunjuk-Nya sehingga makalah ini bisa tersusun, Kritik dan saran dari para pembaca penulis terima dengan terbuka, semoga dapat menambah hasanah ilmu pengetahuan bagi penulis untuk penulisan selanjutnya agar lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

Zaini,Syahminan.Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam.1986.Jakarta:Kalam Mulia
Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. 1989. Semarang: Toha Putera.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi. 1993. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Al-Syeikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsiir. 2003. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zilalil-Qur’an. 2004. Jakarta: Gema Insani.

 Pertanyaan dan hasil diskusi :
1. Bagaimana cara membalace/menyeimbangkan antara ilmu umum dan ilmu agama?
2. Bagaimana cara mengaplikasikan tujuan pendidikan islam?
Hasil diskusi dan tambahan
Tujuan pendidikan islam sama dengan tujuan hidup artinya hidup itu adalah proses belajar, hidup adalah belajar, hidup adalah pendidikan disimpulkan dalam surat Adz-zariat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia supaya beribadah kepada-Ku". Tujuan pendidikan islam sama dengan tujuan hidup yaitu beribadah.
1. Menurut Al-Ghazali ilmu dalam kitab ilyah ulumudin itu menjelaskan tentang hakikat ilmu, selama ini orang sering membedakan ilmu menjadi dua (ilmu agama dan ilmu umum) menurut Al-Ghazali ilmu agama dan umum tidak ada batas tidak ada pembeda tidak ada pemilahan artinya semua ilmu itu adalah ilmu agama, ilmu matekamika, biologi, fisika, kedokteran menurut Al-Ghazali bisa menjadi ilmu agama, kapan ilmu tersebut menjadi ilmu agama? ketika ilmu tersebut diniatkan untuk menegakan kalimat Allah diniatkan karena Allah.
2. Tujuan pendidikan islam bisa dilihat dari objeknya, siapa objek pendidikan? yaitu guru (diri kita sendiri) jika kita menasehati murid kita menasehati diri kita sendiri, kesalahan dari murid itu berasal dari kesalahan guru. Artinya dimulai dari diri kita sendiri.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment