KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir tentang Tujuan pendidikan Islam ini dengan tepat waktu. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Cirebon, 26 Januari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang.....................................................................................................1
- Rumusan Masalah............................................................................................... 1
- Tujuan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
- Penafsiran QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139.......................................................... 2
- Penafsiran QS. AliAl-Hajj (22) Ayat 41.................................................................6
- Hubungan antara tafsir dan Pendidikan Pada masa sekarang.................................7
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan........................................................................................................... 10
- Kritik dan Saran.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu.
Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik.
Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar
masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan
juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang
memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan. Pendidikan dapat merubah
masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan
mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan
pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah
dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap
pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang
tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat
serta banyak beramal. Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan
akhirat.
Dari uraian diatas menunjukkan penting sekali adanya
pendidikan untuk kehidupan manusia, untuk itu kami mengangkat tema
“Tujuan Pendidikan Islam” dalam
makalah tafsir ini, agar pembaca lebih memahami dengan baik. Makalah
ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para pembaca untuk
maksud tersebut di atas dengan harapan ada faedahnya.
B. Rumusan Masalah
- Apa tafsir dari QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139 ?
- Apa tafsir dalam QS. Al-Hajj (22) Ayat 41 ?
- Bagaimana Hubungan antara tafsir dan Pendidikan Pada masa sekarang ?
C. Tujuan Masalah
- Dapat Menafsirkan QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139
- Mengetahui Tafsir dari QS. Al-Hajj (22) Ayat 41 dan hubungannya dengan pendidikan Islam
- Dapat menjelaskan Hubungan antara tafsir dan Pendidikan Pada masa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Qur’an
adalah
kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara
Malaikat Jibril AS secara berangsur-angsur, berfungsi sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut serta sebagai pembeda
antara yang haq dan bathil agar bisa membebaskan
manusia dari kesesatan menuju jalan yang lurus. Atas dasar tersebut,
maka kami mencoba membahas Tafsir Surat Ali Imran ayat 138-139 yang
menjelaskan tentang salah satu fungsi Al-Qur’an dari sekian banyak
fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan pembimbing
menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Selain itu, kami juga akan membahas tentang kandungan Al-Qur’an Surat
Al-Hajj (22) Ayat 41, tentang keadaan orang-orang yang diberikan
kemenangan.
- A. Penafsiran
QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139
1. Teks dan Terjemah QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139
(هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
(١٣٨
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)
Artinya:
138. “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang- orang
yang bertakwa.”
139. “janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang
paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
2. Tafsir QS. Ali Imran (3) Ayat 138-139
“(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (138)
Al-Qur’an
ini adalah penerang bagi manusia
secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan telah jauh
berlalu, yang manusia sekarang tidak dapat mengetahuinya jika tidak ada
penerangan (penjelasan) yang menunjukannya. Akan tetapi, hanya
segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan
petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran dari padanya, mendapatkan
manfaat dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” yaitu orang-orang yang bertaqwa.
Hal ini sesuai pandangan firman Allah Surat Al-Baqarah
ayat 2 :
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (AL-Qur’an) ini tidak ada kerguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”Selain itu Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ
أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ
وَسُنَّةَ نَبِيِّه
“Dari Imam Malik,
beliau menyampaikan sesungguhnya Rasullah SAW Bersabda: “Aku telah
meninggalkan kepada kalian dua perkara, kamu takkan pernah tersesat
selama kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an)
dan Sunnah Nabi.”
Surat
Ali Imran ayat 138 juga memerintahkan untuk mempelajari sunnatullah
atau yang biasa disebut oleh seorang ilmuwan yang bernama Alexis Carrel
sebagai hukum-kukum kemasyarakatan/alam/materi. Hukum-hukum Alam yaitu
hukum-hukum yang bersifat umum dan pasti, tidak
ada satu pun, di negeri manapun yang dapat terbebaskan dari sanksi bila
melanggarnya. Manusia yang tidak bisa membedakan antara yang halal dan
haram, yang baik dan buruk, mereka akan terbentur oleh malapetaka,
bencana dan kematian. Ini semata-mata adalah sanksi
otomatis, karena kepunahan adalah akhir dari mereka yang melanggar
hukum-hukum alam. Tidak heran hal ini diungkap Al-Qur’an, karena
Al-Qur’an mengatur kehidupan masyarakat dan berfungsi mengubah
masyarakat dan anggota-anggotanya dari kegelapan
menuju cahaya, dari kehidupan negatif menjadi positif.
Pernyataan Allah: (Al-Qur’an) Ini adalah penjelasan bagi manusia juga mengandung makna bahwa Allah tidak akan langsung menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Karena
terlebih dahulu Allah akan memberikan petunjuk jalan dan peringatan (Hidayah-Nya).
Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati.
Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
(benar-benar) beriman (139).
Uraian yang diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya Sunnatullah atau
hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum
Muslimin tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang
mati syahid, walaupun
dalam perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil menawan dan
membunuh sekian banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah. Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu merasa lemah, menghadapi
musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu alami perang Uhud, atau peristiwa lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha yang lebih baik. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi
(derajatnya) di sisi Allah baik di dunia maupun akhirat, di dunia
karena kamu memperjuangakan kebenaran dan di akhirat karena kamu akan
mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu bersedih hati sedangkan yang gugur
diantara kamu akan menuju surga dan yang luka
akan mendapat luka akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Ini jika kamu (benar-benar) beriman, yakni
jika keimanannya benar-benar mantap dalam hatinya. Maka dari itu, kamu
tidaklah perlu bersikap lemah dan bersedih hati atas apa yang menimpamu
dan
luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi
derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu hanya menyembah kepada
Allah saja. Sedangkan mereka menyembah kepada selain Allah. Maka jika
kamu benar-benar beriman maka kamu akan ditinggikan derajatnya
dan tidak akan mersa sedih karena semua itu adalah sunnatullah yang
bisa ditimpakan pada siapa saja yang Allah kehendaki.
Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapat akibat (balasan kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha keras dalam menempuh
ujian.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
وَلَا تَعْجَزْ
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا
وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ
تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان
“Orang mu’min yang kuat
(hatinya) lebih baik dan
lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu’min yang lemah dan didalam
keduanya terdapat kebaikan (karena sama-sama beriman), dan
bersemangatlah atas apa-apa yang akan bermanfaat bagimu dan mintalah
pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu berputus
asa dan jika kamu sedang mendapat cobaan maka janganlah kamu mengatakan
: “seandainya aku berbuat seperti ini dan seperti itu” akan tetapi
katakanlah “ini semua adalah kuasa Allah dan merupakan kehendak-Nya”
karena sesungguhnya mengandai-andai
akan membuka (pintu) godaan dari perbuatan syetan”.
Kandungan Hukum dan Aspek Tarbawi:
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa (138).
Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan melihat berkasnya dengan
melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan,
petunjuk dan pengajaran. Ilmu kita akan bertambah-tambah tentang
perjuangan hidup manusia didalam alam ini. Dalam ayat
ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui mengetahui beberapa ilmu
penting. Pertama, sejarah; kedua, ilmu bekas peninggalan sejarah; ketiga
ilmu siasat perang; keempat, ilmu siasat mengendalikan Negara. Di dalam
sejarah misalnya banyak kita temui hal-hal
penting. Meskipun tidak seluruhnya ditulis di Al-Qur’an hanya berkenaan
dengan perjuangan Rasul-rasul., misalnya perjuangan Nabi Musa AS
menentang kezhaliman raja Fir’aun, atau Nabi Ibrahim AS menghadapi
kamunya dan Raja Namrud.
Sesungguhnya
Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal
tersebut akan mengakibatkan seseorang kehilangan semangatnya. Sebaliknya
Allah tidak melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya,
yaitu harta, kekayaan, atau teman yang dapat
memulihkan kekuatannya, serta dapat mengisi hatinya dengan kegembiraan.
Untuk itu kalian adalah orang-orang yang lebih utama memiliki keteguhan
tekad lantaran pengetahuan kalian tentang balasan yang baik dan
berpegang pada kebenaran.
Sekali waktu kemenangan
berada pada pihak yang bathil, begitu pula sebaliknya karena semua itu
adalah Sunatullah. Sesungguhnya hari kemenangan hanyalah bagi orang yang
mengetahui dan mau memelihara sebab-sebab keberhasilan dengan
sebaik-baiknya seperti kesepatan, tidak pernah berselisih,
teguh, selalu berfikir, kuat tekadnya, dan mengambil persiapan serta
menyusun segala kekuatan yang ada untuk menghadapinya.
- B. Penafsiran QS. AliAl-Hajj (22) Ayat 41
- 1. Teks dan Terjemah QS. Al-Hajj (22) Ayat 41
الذين إن مكناهم في الأرض أقاموا الصلاة وآتوا الزكاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر ولله عاقبة الأمور
“(yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan
yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
- 2. Tafsir QS. Al-Hajj (22) Ayat 41
Ayat
ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan
dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan
mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan
mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna
rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat
sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar
berbuat yang ma’ruf serta mencegah dari yang
munkar. Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat
yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti
dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
beliau.
Al-Qur’an mengisyaratkan kedua
nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi:
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
mereka adalah orang-orang
yang beruntung”. (QS 3:104)
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
- Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
- Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
Di
zaman era globalisasi ini pendidikan sangatlah penting bagi manusia,
pendidikan adalah salah satu sarana bagi seseorang untuk
menata hidupnya sedemikian rupa, tapi, dilihat dari kenyataannya,
pendidikan di zaman modern ini tidak mampu membuat kehidupan social yang
bermoral, apakah pendidikan sekarang sudah benar dan berkualitas ?
Telah
banyak institusi-institusi yang bergerak
di bidang pendidikan yang memiliki fasilitas dan kualitas yang bagus,
ternyata belum bisa menciptakan manusia-manusia yang beradab. Ini
dikarenakan institusi-institusi pendidikan banyak menerapkan visi dan
misi pragmatis yang dibawa dari Negara bagian barat.
Tidak ada lagi penanaman nilai-nilai spiritual, kebaikan dan bermoral
didalam institusi tersebut.
Sekarang, institusi-institusi
pendidikan kebanyakannya telah berubah menjadi industry bisnis yang
mengajarkan manusia untuk bekerja supaya memperoleh kesenangan
dan kemakmuran diri sendiri, perusahaan dan Negara, sehingga
nilai-nilai moral sebagai manusia tak pernah diajarkan.
Kaum
muslimin pun telah terkena dampak dari pengaruh hegemoni dunia barat
tersebut. Banyak kaum muslimin yang mempunyai tingkat pendidikan
yang tinggi, tetapi mereka tidak bisa menjadi muslim yang berakhlak
mulia. Ini dikarenakan institusi pendidikan tempat mereka belajar dahulu
menerapkan visi dan misi pragmatis.
Inilah saatnya kita kembali
kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu
Al-Qur’an. Al-Quran ternyata lebih memiliki system
yang komprehensif dan integritas dibandingkan system pendidikan dunia
barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan ridho Allah
S.W.T”, diharapkan dengan diterapkan tujuan
ini di dalam pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang
bermoral, mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri
sendiri tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat
manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah
S.W.T.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari surat Al hajj ayat 41:
“(yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
Ayat ini
mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang
diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan
anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat,
menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat
dan mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita
benahi pendidikan kita yang telah terpedaya
dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah
kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan
kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”.
apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan terjamin
keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia.
Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang
dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu:
Terbinanya akhlak manusia, Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia
dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia
yang mantap dan manusia benar-benar terampil bekerja di dalam
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam QS Ali Imran (3) ayat
138-139 mengandung perintah untuk melakukan persiapan,
menyediakan segala sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangat yang
benar, di samping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita
bisa meraih keberhasilan dan mendapatkan apa yang kita inginkan, seta
dapat mengembalikan kerugian atau kegagalan-kegagalan
yang telah diderita.
Dalam QS Al-Hajj (22) Ayat 41 Ayat ini
menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan
Dia teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Dia berikan mereka
kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka
yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun,
syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai
kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang
ma’ruf serta mencegah dari yang munkar.Ayat
di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan
Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah
melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
DAFTAR
PUSTAKA
Zaini,Syahminan.Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam.1986.Jakarta:Kalam Mulia
Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. 1989. Semarang: Toha Putera.
Al-Maraghi,
Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi. 1993. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Al-Syeikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsiir. 2003. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Quthb, Sayyid.
Tafsir Fi Zilalil-Qur’an. 2004. Jakarta: Gema Insani.
Pertanyaan dan hasil diskusi :
1. Bagaimana cara membalace/menyeimbangkan antara ilmu umum dan ilmu agama?
2. Bagaimana cara mengaplikasikan tujuan
pendidikan islam?
Hasil diskusi dan tambahan
Tujuan
pendidikan islam sama dengan tujuan hidup artinya hidup itu adalah
proses belajar, hidup adalah belajar, hidup adalah pendidikan
disimpulkan dalam surat Adz-zariat ayat 56:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia supaya beribadah kepada-Ku". Tujuan pendidikan islam sama dengan tujuan hidup yaitu beribadah.
1. Menurut Al-Ghazali ilmu
dalam kitab ilyah ulumudin itu menjelaskan tentang hakikat
ilmu, selama ini orang sering membedakan ilmu menjadi dua (ilmu agama
dan ilmu umum) menurut Al-Ghazali ilmu agama dan umum tidak ada batas
tidak ada pembeda tidak ada pemilahan artinya semua
ilmu itu adalah ilmu agama, ilmu matekamika, biologi, fisika,
kedokteran menurut Al-Ghazali bisa menjadi ilmu agama, kapan ilmu
tersebut menjadi ilmu agama? ketika ilmu tersebut diniatkan untuk
menegakan kalimat Allah diniatkan karena Allah.
2. Tujuan
pendidikan islam bisa dilihat dari objeknya, siapa objek pendidikan?
yaitu guru (diri kita sendiri) jika kita menasehati murid kita
menasehati diri kita sendiri, kesalahan dari murid itu berasal dari
kesalahan guru. Artinya dimulai dari diri kita sendiri.
0 comments:
Post a Comment