PERKEMBANGAN
ORIENTASI MASA DEPAN
Abstrak
Masa
remaja merupakan masa perubahan besar yang harus dihadapi oleh setiap orang.
Salah satu perkembangan besar yang dialami pada masa remaja adalah perkembangan
secara kognitif. Menurut Piaget, remaja secara kognitif
mencapai tahap perkembangan formal operations yaitu kemampuan berpikir secara abstrak (dalam Papalia, 2001). Setiap keputusan yang dibuat mulai
memperhatikan masa depan seperti pekerjaan di masa depan, pendidikan di masa depan, dan membangun keluarga (Nurmi, 1989). Perhatian dan harapan yang terbentuk tentang masa depan, serta perencanaan untuk mewujudkannya, inilah
yang dikenal dengan orientasi masa depan (OMD).
mencapai tahap perkembangan formal operations yaitu kemampuan berpikir secara abstrak (dalam Papalia, 2001). Setiap keputusan yang dibuat mulai
memperhatikan masa depan seperti pekerjaan di masa depan, pendidikan di masa depan, dan membangun keluarga (Nurmi, 1989). Perhatian dan harapan yang terbentuk tentang masa depan, serta perencanaan untuk mewujudkannya, inilah
yang dikenal dengan orientasi masa depan (OMD).
Orientasi
masa depan menurut Nurmi (1989) merupakan gambaran yang dimiliki individu
tentang dirinya dalam konteks masa depan. Gambaran ini
memungkinkan individu untuk menentukan tujuan-tujuannya, dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan.
memungkinkan individu untuk menentukan tujuan-tujuannya, dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan.
Proses pembentukan orientasi masa depan secara
umum dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap motivasi, tahap perencananaan, dan
tahap evaluasi (Nurmi,
1989).
1989).
Motivasi
adalah suatu dorongan bagi tingkah laku dengan membuat tujuan serta melangkah
menuju tujuan yang dibuat (Nurmi, 1989). Perencanaan yaitu bagaimana individu
merencanakan perwujudan minat dan tujuan terkait dengan bidang pendidikan yang
ingin ditekuninya. Sedangkan evaluasi adalah proses yang melibatkan pengamatan
dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta
memberikan penguat bagi diri sendiri (dalam Nurmi, 1989a:16). Orientasi masa
depan adalah suatu gambaran yang berada dalam kognitif individu (Nurmi, 1989). Gambaran
tentang masa depan ini diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan rencana yang disusun
oleh individu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Hasil dari gambaran
tentang masa depan dan aktivitas pelaksanaan rencana yang disusun ini dapat
dilihat dari prestasi belajar.
Tujuan
artikel kontekstual ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara
orientasi masa depan dalam bidang pendidikan dengan prestasi belajar
mahasiswa/i untuk di masa yang akan datang. Semakin jelas orientasi masa depan yang dibentuk maka semakin tinggi prestasi belajar yang dihasilkannya.
Seorang remaja yang sudah memiliki suatu gambaran tentang masa depan, khususnya dalam bidang pendidikan, maka remaja tersebut bertingkah laku sesuai dengan motivasi, perencanaan, serta evaluasi yang dilakukannya. Memiliki suatu tujuan saja tidak cukup, tetapi membuat suatu perencanaan juga penting. Menjadi
seorang penyusun rencana yang baik artinya membuat suatu strategi melalui subsub
tujuan. Evaluasi juga memegang peranan yang penting, remaja melakukan pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta menguatkan diri sendiri. Hasil tentang gambaran tentang masa depan dan
aktivitas pelaksana rencana yang disusun ini dapat dilihat.
mahasiswa/i untuk di masa yang akan datang. Semakin jelas orientasi masa depan yang dibentuk maka semakin tinggi prestasi belajar yang dihasilkannya.
Seorang remaja yang sudah memiliki suatu gambaran tentang masa depan, khususnya dalam bidang pendidikan, maka remaja tersebut bertingkah laku sesuai dengan motivasi, perencanaan, serta evaluasi yang dilakukannya. Memiliki suatu tujuan saja tidak cukup, tetapi membuat suatu perencanaan juga penting. Menjadi
seorang penyusun rencana yang baik artinya membuat suatu strategi melalui subsub
tujuan. Evaluasi juga memegang peranan yang penting, remaja melakukan pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta menguatkan diri sendiri. Hasil tentang gambaran tentang masa depan dan
aktivitas pelaksana rencana yang disusun ini dapat dilihat.
A. Pendahuluan
Orientasi
masa depan merupakan salah satu fenomena perkembangan kognitif yang terjadi
pada masa remaja yang sedang mengalami proses peralihan mencapai dewasa.
Persiapan,tuntutan dan harapan sebagai orang dewasa di masa yang akan datang.
Masa
depan merupakan masa yang abstrak sulit diketahuhui kita kedepannya bagaimana?
Akan seperti apa? Kongkrit bagi Allah swt namun abstrak bagi kita sebagai
makhluknya. Untuk itu tema “orientasi masa depan” ini antisipasi masa
depan baik tentang dirinya sendri maupun lingkungannya, motivasi, perencanan, dan
evaluasi menghadapi perubahan agar lebih baik di masa depan.
B. Pembahasan
Orientasi
masa depan merupakan salah satu fenomena perkembangan kognitif yang terjadi
pada masa remaja. Sebagai individu yang sedang mengalami proses peralihan dari
masa anak anak ke masa dewasa,remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang
mengarah persiapanya memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa.
Oleh sebab itu sebagaimana dikemukakan oleh Elizabet B. Hurlock (1981), remaja mulai memikirkan
tentang masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Remaja mulai memberikan
perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya
sebagai manusia dewasa di masa mendatang. Di antara lapangan kehidupan di masa
depan yang banyak mendapat perhatian remaja adalah lapangan pendidikan
(Nurmi,1989), di samping dunia kerja dan hidup berumah tangga
(Havighurst,1984).
Menurut
G.Trommsdorff (1983), orientasi masa depan merupakan fenomena kognitif
motivasional yang kompleks,yakni antisipasi dan evaluasi diri dimasa depan
dalam interaksinya dalam lingkungan.
Sedangkan Menurut Nurmi (1991), orientasi masa depan berkaitan dengan harapan,
tujuan, standard, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa yang akan
datang. Sebagai suatu fenomena kognitif-motivasional yang kompleks,orientasi
masa depan berkaitan erat dengan skemata kognitif,yaitu suatu organisasi
perceptual dari pengalaman masa lalu beserta kaitanya dengan pengalaman masa
kini dan dimasa yang akan datang, (chaplin, 2002) baik tentang dirinya sendiri maupun tentang
lingkunganya, atau bagaimana indivindu mampu menghadapi perubahan konteks dari
berbagai aktivitas di masa depan. Neiser (dalam Nurmi, 1969), menyebut skemata
kognitif sebagai mediator bagi masa lalu dalam mempengaruhi masa depan. Skemata
kognitif berisi tentang perkembangan sepanjang rentang hidup yang diantisipasi,
pengetahuan kontekstual, keterampilan, konsep diri, dan gaya atribusi dari
skemata yang dihasilkan individu berusaha mengantisifasi peristiwa peristiwa di
masa depan dan memberikan makna pribadi terhadap suatu peristiwa tersebut,serta
membentuk harapan-harapan baru yang hendak diwujudkan dalam kehidupan dimasa
yang akan datang.
Menurut Nurmi, skema kognitif tersebut
berinteraksi dengan tiga tahap proses pembentukan orientasi masa depan, yaitu :
(1) motivation/motivasi (2) planning/perencanaan (3) evaluation/evaluasi.
1. Tahap
motivation. Tahap motivasional merupakan tahap awal pembentukan orientasi masa
depan remaja. Tahap ini mencangkup motif, minat dan tujuan yang berkaitan
dengan orientasi masa depan. Pada mulanya remaja menetapkan tujuan berdasarkan
perbandingan antara motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang mereka
miliki tentang perkembangan sepanjang rentang hidup yang dapat mereka
antisipasi. Ketika keadaan masa depan beserta faktor pendukungnya telah menjadi
sesuatu yang diharapkan dapat terwujud, maka pengetahuan yang menunjang
terwujudnya harapan tersebut menjadi dasar penting bagi perkembangan motivasi
dalam orientasi masa depan. Jadi, sebagaimana dikemukakan oleh Nurmi,
perkembangan motivasi dan orientasi masa depan merupakan proses yang kompleks,
yang melibatkan subtahap, yaitu:
a. Munculnya
pengetahuan yang baru yang relevan dengan motif umum atau penilaian individu
yang menimbulkan minat yang lebih spesifik.
b. Individu
mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang berkaitan dengan minat baru tersebut.
c. Menentukan
tujuan spesifik, dan terakhir memutuskan kesiapan untuk membuat komitmen yang
berisikan tujuan tersebut.
2. Tahap
planning. Perencanaan merupakan tahap kedua proses pembentukan orientasi masa
depan individu, yaitu bagaimana remaja membuat perencanaan tentang terwujudnya
minat dan tujuan mereka. Menurut Nurmi, perencanaan dicirikan sebagai suatu
oroses yang terdiri dari tiga subtahap yaitu :
a. Penentuan
subtujuan. Pada Subtahap ini, individu membentuk suatu representasi dari
tujuan-tujuannya dan konteks masa depan dimana tujuan tersebut diharapkan dapat
terwujud. Kedua hal ini didasari oleh pengetahuan individu tentang konteks dari
aktivitasdi masa depan.
b. Penyusunan
rencana. Pada subtahap ini, individu membuat rencana dan menetapkan strategi
untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam penyusunan suatu
rencana, individu dituntut menentukan cara-cara yang dapat mengarahkannya pada
pencapaian tujuan dan menentukan cara mana yang paling efisien. Pengetahuan
tentang konteks yang diharapkan dari suatu aktivitas di masa depan menjadi
dasar bagi perencanaan ini. Kemudian, berbagai cara yang bertindak yang
ditetapkan harus dievaluasi, sehingga
tujuan-tujuan dan rencana-rencana yang telah disusun dapat terwujud.
c. Melaksanakan
rencana dan strategi yang telah disusun,individu dituntut melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan dapat dilakukan dengan
membandingkan tujuan yang telah ditetapkan dengan konteks yang sesungguhnya di
masa depan. Artinya, selama melaksanakan rencana, individu harus melakukan
pengawasan secara sistematis, apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat
didekati melalui sistem yang sedang dilaksanakan atau tidak. Jika tidak, maka
harus dilakukan berubahan terhadap rencana-rencanayang ada.
3. Tahap
evaluation, evaluasi merupakan tahap akhir dari proses pembentukan orientasi
masa depan. Nurmi memandang evaluasi ini melibatkan pengamatan dan melakukan
penilaian terhadap tingkahlaku yang dirampilkan, serta memberikan penguat bagi
diri sendiri. Jadi meskipun tujuan dan dan perencanaan orientasi masa depan
belum diwujudkan, tetapi pada tahap ini individu telah harus melakukan evaluasi
terhadap kemungkinan-kemungkinan terwujudnya rencana dan tujuan tersebut. Dalam
proses evaluasi ini, konsep diri memainkan
peranan yang penting, terutama dalam mengevaluasi kesempatan yang ada
untuk mewujudkan tujuan dan rencana sesuai kemampuan yang dimiliki individu.
Dari uraian
diatas dapat dipahami bahwa orientasi masa depan mengandung aspek-aspek
motivasional, afektif dan aspek kognitif. Aspek motivasional dan afektif
orientasi masa depan berkaitan dengan pemuasan kebutuhan-kebutuhan subjektif,
termasuk kecenderungan untuk mendekatkan atau menjauhkan diri serta dapat
dinyatakan dalam sikap yang lebih optimis atau pesimis,lebih positif atau
negatif, serta berhubungan dengan sistem nilai dan tujuan yang dimiliki
individu dan tergambar dalam skemata yang dibentuk mengenai diri dan lingkungannya.
Semesntara itu aspek kognitif dari orientasi masa depan tergambar dalam
struktur antisipasi yang dimiliki individu. Dalam mengantisipasi masa depan,
individu dapat menghasilkan gambaran yang lebih sederhana atau yang lebih
kompleks,lebih luas atau lebih sempit,tepat, serta besarnya kontrol yang
dimiliki individu atas masa depannya.
Dengan turut
sertanya aspek kognitif, maka perkembangan orientasi masa depan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan kognitif. Menurut Nurmi, orientasi masa depan terlihat
lebih nyata ketika individu telah mencapai tahap perkembangan pemikiran oprasional
formal. Ini berarti masa remaja merupakan masa perkembangan pesatnya orientasi
masa depan. Hal ini karena sesuai teori perkembangan kognitif piaget, masa
remaja telah mencapai tahap pemikiran oprasional formal. Pemikiran oprasional
formal, telah memberi remaja kemampuan untuk mengantisipasi masa depannya, atau
kemampuannya membuat skema kognitif untuk merumuskan rencana bagi masa
depannya. Dengan pemikiran oprasional formal, membuat remaja mampu berfikir
secara abstrak dan hipotesis, serta merumuskan proposisi secara logis,
sehinngga pada gilirannya remaj mampu membuat perencanaan dan melakukan
evaluasi terhadap rencana-rencana di masa depannya.
Menurut Nurmi (1991), pada umumnya
orientasi masa depan remaja berkisar pada tugas-tugas perkembangan yang
dihadapi pada remaja dan dewasa awal, yang meliputi berbagai lapangan
kehidupan, terutama pendidikan,pekerjaan, dan perkawinan. Akan tetapi, di
bagian lain Nurmi menjelaskan yang lebih banyak mendapat perhatian remaja
adalah wilayah pendidikan. Besarnya perhatian remaja terhadap bidang pendidikan
berkaitan erat dengan persiapannya memasuki dunia kerja pada masa dewasa awal.
Orientasi tentang jenis pekerjaan di masa depan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi minat dan kebutuhan remaja untuk yang akan menjalani pendidikan.
Jadi , pada dasarnya dunia pendidikan bagi remaja merupakan awal dari dunia
karirnya. Remaja telah menyadari batapa untuk mendapatkan jenis pekerjaanyang
dicita-citakan menuntut dimilikinya sarana pengetahuan dan keterampilan yang
relevan. Dalam hal ini, pendidikan dipandang sebagai cara paling utama dalam
memperoleh penguasaan dan keterampilan yang relevandengan jenis pekerjaan yang
didambakan tersebut.
Meskipun orientasi masa depan
merupakkan tugas perkembangan yang harus dihadapi pada masa remaja dan dewasa
awal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman dan pengetahuan remaja
tentang kehidupan di masa mendatang sangat terbatas. Untuk itu, remaja sangat
membutuhkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua.
Dalam hal ini Nurmi menjelaskan meski teman sebaya dan lingkungan sekolah
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan remaja, namun sesungguhnya
orang tua tetap menjadi bagian penting bagi kehidupan mereka. Orang tua masih
sangat dibutuhkan remaja dalam memberikan saran dan nasehat ketika hendak
membuat suatu keputusan yang bersifat jangka panjang, yang penting tetapi sulit
untuk dilakukan, seperti keputusan tentang program pendidikan yang hendak
ditekuninya di masa depan. Singkatnya, dukungan orng tua masih sangat
dibutuhkan oleh remaja dalam memutuskan rencana masa depannya.
Mengacu pada pendapat Gottlienb
(1983) dukungan orang tua terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja
dapat dilakukan melalui pemberian informasi atau nasehat verbal dan non-verbal,
bantuan nyata atau tindakan yang mempunyai manfaat emosional bagi remaja.
Sementara itu, menurut pendapat Winnubst,dkk 1998, dukungan orang tua dapat
diwujudkan dalam empat bentuk, yaitu: pertama , dukungan emosional,mencangkup
ungkapan empati, kepedulian dan keprihatian orang tua terhadap remaja. Kedua, dukungan
penghargaan; terjadi lewat penghargaan positif terhadap remaja, dorongan untuk
maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan, dan membangkitkan harga
diri remaja. Ketiga, dukungan instrumental; mencangkup bantuan langsung secara
materi atau pemberian fasilitas dan pelayanan pada remaja. Keempat, dukungan
informatif; mencangkup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,saran-saran atau
umpan balik bagaimana remaja seharusnya bertindak, mengenali dan menyelesikan
masalah secara lebih mudah,sesuai pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
orang tua.
Rujukan
:
Prof.
Dr. Hj. SAMSUNUWIYATI MAR’AT, S.Psi. 2016. PSIKOLOLOGIS PERKEMBANGAN. BANDUNG.
0 comments:
Post a Comment